adf.ly

Rabu, 18 Maret 2009

Manfaatkan Garasi, Hasil Bisa Rp 7,5 Jeti!


Oleh : Russanti Lubis

Orang sering dipusingkan dengan persoalan lahan ketika akan membudidayakan suatu tanaman. Tetapi dengan Kantung Semar Anda cukup memanfaatkan garasi rumah.

Tahukan Anda, bila Kantong Semar yang selama ini kita abaikan, telah lama dibudidayakan di Belanda dan Jerman? Tahukah Anda, jika bibit Kantong Semar itu berasal dari negara kita? Tahukah Anda, kalau Kantong Semar yang selama ini menghiasi teras kita, yang notabeneadalah tanaman pribumi, harus kita beli sebagai tanaman impor? Sehingga, harga tanaman ini pun membubung menjadi jutaan rupiah per potnya, padahal sebenarnya bila kita budidayakan sendiri hanya seharga Rp30 ribu, untuk setiap potnya.

Kantong Semar (Latin: Nepenthes, red.) merupakan nama tanaman hias yang tidak asing lagi di telinga kita. Tapi, baru setahun terakhir ini namanya menjadi buah bibir, terutama di kalangan kolektor danhobiis tanaman hias. Imbasnya, banyak penjual Kantong Semar mengambil langsung dari hutan dan lalu menjualnya. Padahal, tanaman ini memiliki akar yang sensitif sehingga 80% akan mati sebelum sempat dibudidayakan.

Lantas apa sih hebatnya tanaman yang nama Latinnya diambil dari nama gelas anggur ini? Selidik punya selidik, ternyata tanaman merambat ini mempunya banyak kelebihan, lebih tepatnya keunikan, dibandingkan dengan tanaman-tanaman hias lain, hingga Muhammad Mansur pun menjulukinya tanaman hias unik. Sekadar informasi, dulu tanaman hias hanya dibagi menjadi tanaman hias daun dan tanaman hias bunga.

“Kemudian, setelah saya menemukan dan mengembangbiakkan Kantong Semar pada 1997, saya memasukkannya ke dalam kelompok tanaman hias unik. Sebab, sama halnya dengan bunga bangkai yang cuma memiliki bunga, kantong pada Kantong Semar merupakan modifikasi dari sebagian daunnya,” jelas pemilik Thalita Nursery ini. Kantong ini terbentuk secara evolusi sebagai upaya untuk bertahan hidup, mengingat tanaman tahunan ini tumbuh subur di tanah yang miskin unsur hara (gersang).

Di bibir kantongnya yang licin itu, Mansur menambahkan, terdapat nektar (sejenis madu, red.) yang mengeluarkan bau khas yang memancing serangga untuk mendatanginya. Serangga yang mendekat nantinya akan tergelincir masuk ke dalam kantongnya. Di dalam kantong itu, juga terdapat enzim pengurai yang akan menguraikan binatang-binatang tersebut sampai membusuk, larut, dan akhirnya diserap sebagai bahan makanannya.

“Karena itulah, Kantong Semar digolongkan sebagai tanaman karnivora (pemakan daging, red),” katanya. Sekadar informasi, dulu, Kantong Semar hanya dikenal sebagai tanaman pemakan serangga atau berbagai binatang berukuran kecil. Tapi, seiring dengan semakin tingginya ukuran tanaman yang diperkirakan berasal dari Asia Timur ini yaitu mencapai 20 meter, kini ia juga mampu memangsa tikus.

Keunikan tanaman yang banyak dijumpai di Kalimantan dan Sumatra ini bukan cuma itu. “Ia memiliki lima macam bentuk kantong dan aneka warna, tergantung habitatnya. Cairan di dalam kantongnya yang masih tertutup dimanfaatkan oleh masyarakat setempat sebagai obat diare atau batuk. Sedangkan para petualang menggunakannya sebagai sumber air minum. Akarnya dapat digunakan untuk mengobati demam dan batangnya dimanfaatkan sebagai pengganti tali. Selain itu, juga dapat digunakan sebagai indikator iklim,” ujar peneliti dari LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia), Bogor, ini.

Tanaman yang kini memiliki 121 jenis ini (lebih dari 50%-nya tumbuh di Indonesia, red.), juga dapat diperbanyak dengan mudah baik dengan cara stek batang, menyemai bijinya, maupun memisahkan anakan. Cara paling gampang yaitu dengan stek batang. Sebab, untuk menyemai biji akan terhalang oleh sulitnya mendapatkan bijinya, mengingat sampai sekarang belum ada yang menjual bijinya.

“Bagi pemula, saya sarankan untuk membudidayakan Kantong Semar dengan cara stek batang dan menggunakan bibit hasil budidaya. Karena, bibit yang diambil dari habitat aslinya belum beradaptasi, sehingga mudah mati (hanya mampu bertahan hidup seminggu, red.),” jelas Mansur, yang menjalankan bisnis Kantong Semar ini sejak 2004.

Meski demikian, untuk membudidayakan tanaman yang disebut orang bule tropical pitcher plant ini, kita harus memahami apa maunya dengan mengenal empat poin penting yaitu jenis (tumbuh di dataran rendah, dataran menengah, atau dataran tinggi), kelembaban udara (di atas 50%), pencahayaan, dan media tanam (bukan tanah, karena padat dan cepat busuk).

“Hebatnya, Nepenthes adalah tanaman yang bisa tumbuh tanpa diberi pupuk. Karena, tanaman yang sangat peka dengan zat kimia ini, lebih mengandalkan kantong daripada akarnya,” kata pria yang dari penjualan Kantong Semar-nya meraup penghasilan Rp5 juta–Rp10 juta per bulan ini. Sedangkan dari nursery terbesar di Bogor dan beberapa supermarket, yang secara teratur menerima pasokan tanaman ini, ia membukukan pendapatan Rp3 juta/bulan. Sekadar informasi, Mansur pernah menjual tanaman ini seharga Rp1,5 juta/pot. Nah, tidakkah Anda tertarik untuk tidak sekadar menjadi kolektor Kantong Semar?

7 Keunikan dan Kegunaan Kantong Semar :

- Kantung Semar merupakan tanaman pemakan daging (karnivora)
- Memiliki lima macam kantong dan aneka warna, tergantung habitatnya
- Cairan dalam kantong bisa dimanfaatkan sebagai obat diare atau batuk
- Sumber air minum bagi para petualang
- Akarnya bisa digunakan sebagai obat demam
- Batangnya bisa digunakan sebagai tali
- Kantong Semar bisa digunakan sebagai indikator iklim

Analisa Bisnis Budidaya Nepenthes(stek)

Untuk lahan seluas garasi mobil atau teras rumah, dibutuhkan 10–20 pot bibit Gracilis minimal setinggi 1 meter, yang harganya berkisar Rp100 ribu–Rp150 ribu. Selanjutnya, bibit Nepenthes ini dipotong-potong hingga menghasilkan 20–30 pot. Setelah enam bulan, bibit-bibit ini dapat dijual dengan harga minimal Rp30 ribu per pot.

Investasi

Pembelian bibit sebanyak 10 pot @ Rp150.000,- Rp. 1.500.000,-
Biaya Produksi ----- +
Total Menjadi Rp. 1.500.000,-

Hasil Penjualan

1 pot = 30 pot @ Rp30.000,-
(10 pot = 300 pot x Rp30.000,-) Rp. 9.000.000,- -

Laba Kotor Rp. 7.500.000,-

Catatan:
- Pada tahap awal, risiko keberhasilan 50%. Dalam perkembangannya, risiko ini akan meningkat.
- Harga yang tertera merupakan harga untuk Gracilis hijau. Sedangkan untuk Gracilis yang paling
diminati konsumen yaitu yang berwarna merah dan hitam, dijual dengan harga Rp75 ribu–Rp100
ribu per pot.
- Gracilis dipilih karena ia merupakan jenis Kantong Semar yang mudah tumbuh atau bersifat umum.
- Sedangkan, untuk yang bersifat tidak umum atau sulit tumbuh dan tidak dijumpai di hutan,
biasanya merupakan hasil persilangan (hibrid) seperti Miranda yang dengan tinggi ½ meter, dijual
dengan harga Rp1,5 juta–Rp3 juta untuk setiap potnya.
- Biaya produksi dianggap tidak ada, karena dapat dikerjakan sendiri dan tanaman ini tidak
memerlukan bahan pembantu lain untuk tumbuh.

majalahpengusaha

Tidak ada komentar:

Posting Komentar