adf.ly

Rabu, 03 September 2008

Pupuk

Seperti halnya manusia, tanaman hias juga memerlukan nutrisi untuk menunjang kelangsungan hidupnya. Di alam, tanaman cukup mendapatkan nutrisi dari tempat tumbuhnya yang kebanyakan berupa humus yang kaya nutrisi dari hasil pelapukan dedaunan dan kotoran binatang. Sedangkan tanaman yang sengaja ditanam didalam pot tentu saja berbeda. Dengan jumlah media tanam tempat mereka tumbuh yang terbatas, serta iklim dan cuaca yang jauh berbeda dari habitat aslinya, tanaman hias dalam pot memerlukan penanganan dan perlakuan khusus. Untuk memenuhi kebutuhan unsur haranya, tanaman hias dalam pot tergantung pada pemiliknya.

Coba kita bayangkan apa jadinya kalau kita kekurangan makanan ?. Tentu saja tubuh menjadi lemah, kurus dan mudah terserang penyakit. Demikian pula tanaman hias, apabila kekurangan nutrisi maka tanaman hias akan menjadi kurus, layu dan bukan tidak mungkin akan mati. Untuk itu pemberian pupuk sebagai nutrisi utama tanaman hias harus diperhatikan dengan cermat.

Saat ini dipasaran banyak sekali ditemukan bermacam jenis dan merk pupuk yang beredar, dengan keunggulan dan kelebihan masing-masing.

Dilihat dari unsur hara yang terkandung di dalamnya, pupuk dibagi menjadi :

1. Pupuk Makro, yaitu pupuk yang mengandung unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah besar dan bersifat mutlak harus dipenuhi. Unsur hara makro adalah Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), Calsium (Ca) dll

2. Pupuk Mikro, yaitu pupuk yang mengandung unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah sedikit tetapi tetap dibutuhkan, sekaligus sebagai pelengkap unsur hara makro. Unsur hara mikro adalah Besi (Fe), Boron (Bo), Seng (Zn), Magnesium (Mg), dll

Dilihat dari cara aplikasinya, pupuk dibagi menjadi :

1. Pupuk Akar, yaitu pupuk yang cara aplikasinya ditujukan agar nutrisi diserap oleh akar tanaman. Contoh : Dekastar, Osmocote, Pusar, Mutiara, dll

2. Pupuk Daun, yaitu pupuk yang diaplikasikan dengan menyemprotkannya ke daun, sehingga nutrisi diserap melalui stomata yang terdapat pada daun . Contoh : Growmore, Growquick-S, Grow Up, dll

Dilihat dari bentuknya, pupuk dibagi menjadi :

1. Pupuk Padat, yaitu pupuk yang berbentuk padat baik berupa butir (granule) atau kristal. Pupuk padat ada yang diaplikasikan secara langsung pada media tanam ada juga yang dicampur dengan air untuk kemudian disemprotkan ke tanaman ataupun media tanam. Contoh Pupuk Padat butir : Mutiara, Pusar, SP-36, dll. Contoh pupuk Padat kristal : Growmore, Urea, Hiponex, dll

2. Pupuk Cair, yaitu pupuk yang berbentuk cair, dan aplikasinya umumnya dicampur dengan air terlebih dahulu. Aplikasi pupuk cair pada tanaman hias dilakukan dengan cara penyemprotan, baik pada tanaman maupun pada media tanam. Contoh pupuk cair : Growquick-S, Grow Up, Mushi, dll

3. Pupuk Lambat Urai (Slow Release). Pada dasarnya pupuk lambat urai berbentuk sama dengan pupuk padat granule, tetapi mempunyai kekhususan pada cara pelarutannya, dimana pupuk lambat urai akan terlarut sedikit demi sedikit dalam jangka waktu tertentu. Kelebihan pupuk jenis ini adalah mampu menjamin ketersediaan nutrisi bagi tanaman dalam jangka waktu yang lebih lama, sehingga tidak terlalu sering memupuk tanaman. Pupuk jenis ini dirasakan lebih praktis terutama bagi hobiis yang mempunyai koleksi tanaman dalam jumlah banyak. Contoh : Dekastar, Osmocote, dll.

Dilihat dari bahan bakunya, pupuk dibagi menjadi :

1. Pupuk Organik, yaitu pupuk yang dibuat dari bahan-bahan yang bersifat alami / organik dan tidak mengandung bahan sintetis / kimia. Pupuk organik dibuat dari bahan yang berasal dari tumbuhan atau binatang. Pemakaian pupuk organik didasarkan pada asumsi bahwa sifatnya yang alami sehingga lebih aman bagi manusia dan ramah lingkungan. Jenis pupuk organik sendiri secara tidak langsung bisa dibagi menjadi dua, Yaitu Pupuk Organik langsung pakai seperti : Pupuk kandang, Humus, Andam, Kaliandra, dll. Dan pupuk organik olahan, yaitu pupuk organik yang merupakan ekstraksi dari bahan-bahan organik. Umumnya diproduksi oleh pabrik dan dikemas dalam berbagai macaam kemasan. Contohnya : Biococo, Bio Sugih, Bioreg, dll.

2. Pupuk Unorganik / Kimia, yaitu pupuk yang dibuat dari bahan non organik, alias kima. Pupuk kimia banyak beredar dipasaran, karena relatif lebih mudah didalam produksinya. Saat ini walaupun pemakaian pupuk organik mulai banyak mendapat perhatian, tetapi secara umum pemakaian pupuk kimia masih lebih mendominasi. Contoh pupuk kimia : Growmore, Hyponex, Urea, SP-36, dll

Aplikasi pupuk pada tanaman hias umumnya tidak selalu persis sama. Tergantung pada jenis tanaman, volume dan komposisi media tanam yang digunakan, iklim, ukuran tanaman, dll. Kita ambil contoh, aplikasi pupuk pada Adenium dan Aglaonema tidak bisa disamakan begitu saja. Umumnya adenium apalagi jenis obesum, mengutamakan tampilnya bunga. Sedangkan Aglaonema lebih mengutamakan tampilan daun. Sehingga aplikasi pupuk pada keduanya harus dibedakan. Jenis media tanam yang digunakan juga sangat berpengaruh. Umumnya semakin porous sebuah media tanam, maka akan semakin membutuhkan dosis pemupukan yang lebih sering, terutama pemupukan lewat akar. Hal ini dikarenakan sifat media yang sangat porous, menyebabkan aliran air (yang umumnya juga menghanyutkan pupuk) menjadi lebih besar, sehingga kertersediaan pupuk dalam media-pun akan sering berkurang. Demikian juga iklim dan ukuran tanaman akan sangat berpengaruh dalam aplikasi dan dosis pemupukan.

Namun demikian, walaupun banyak hal yang mempengaruhi apa dan bagaimana aplikasi pupuk pada tanaman hias harus dilakukan, tetapi pada umumnya aplikasi pupuk secara garis besar bisa digolongkan menjadi beberapa golongan :

1. Pupuk Dasar

Pupuk dasar umumnya berupa pupuk organik yang dicampurkan atau merupakan salah satu komponen media tanam. Dengan pupuk dasar, maka ketika tanaman ditanam dalam pot, secara otomatis sudah tersedia cadangan nutrisi, walaupun belum dilakukan pemupukan tambahan/lanjutan. Beberapa hobiis bahkan cukup mempercayakan pasokan nutrisi tanaman hiasnya hanya pada pupuk dasar, tanpa memberikan pupuk tambahan/lanjutan.

Pupuk dasar diaplikasikan ketika pertama kali meramu media tanam, dan diberikan berkala setiap enam bulan atau satu tahun sekali, ketika dilakukan repoting dan penggantian media tanam.

Contoh pupuk Dasar : Kompos, Pupuk Kandang, Andam, Kaliandra, dll

2. Pupuk Pertumbuhan

Pupuk pertumbuhan diberikan setelah tanaman mulai tumbuh, dengan maksud menambah pasokan nutrisi sehingga diharapkan pertumbuhan tanaman menjadi lebih maksimal. Pupuk pertumbuhan bisa merupakan pupuk organik maupun pupuk unorganik.

Pupuk pertumbuhan umumnya mengandung unsur N lebih besar, atau setidaknya NPK Seimbang. Unsur N bersifat memacu pertumbuhan vegetatif tanaman, sehingga pertumbuhannya menjadi lebih cepat.

Contoh pupuk dengan unsur N tinggi : Gandasil D, Hyponex merah, Vitabloom, Bayfolan, Hortigro biru, Nutra Phos N, dll.

Contoh pupuk dengan NPK seimbang : Pupuk Mutiara, Osmocote, Growmore Hijau, Hyponex Hijau, Pokon 7, Shell Foliar, Hortigro hijau, dll.

3. Pupuk Pembungaan

Pupuk pembungaan umunya diberikan untuk merangsang munculnya bunga, terutama pada tanaman hias berbunga maupun untuk tanaman hias daun yang diharapkan munculnya bunga dengan maksud melakukan perbanyakan generatif dan penyilangan untuk menghasilkan hibryda baru. Pupuk pembungaan juga diberikan untuk memberikan nutrisi yang cukup ketika tanaman hias sedang berbunga, menjaga ketahanan bunga pada tanaman tertentu seperti Adenium, Euphorbia, dll serta untuk memenuhi nutrisi ketika tanaman hias sedang berbuah, seperti pada Aglaonema, Anthurium, dll.

Pupuk pembungaan umumnya lebih banyak mengandung unsur P dan K daripada unsur N.

Contoh pupuk dengan kadar P dan K lebih tinggi dibandingkan dengan N adalah : Gandasil B, Growmore Oranye, Hyponex biru, Instan Red 70, Surplus merah.

Setelah mengetahui jenis dan golongan pupuk, maka seberapa besar dosis yang tepat untuk aplikasi pupuk pada tanaman hias ?. Pertanyaan sederhana ini memang tidak mudah untuk dijawab, karena seperti telah diuraikan sebelumnya, aplikasi pupuk dipengaruhi oleh banyak hal seperti jenis tanaman, volume dan komposisi media tanam yang digunakan, iklim, ukuran tanaman, dll. Tetapi secara umum berdasarkan pengalaman, pemakaian pupuk bisa dilakukan sebagai berikut :

1. Pupuk Dasar

Umumnya pemakaian pupuk dasar berupa kompos, pupuk kandang, andam atau kaliandra sebanyak ¼ sampai 1/3 dari media tanam sudah cukup. Misalnya kita meramu media tanam Cacahan pakis : Sekam bakar : Pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1 : 1. Dilakukan ketika pertama kali meramu media tanam serta secara berkala ketika melakukan repoting dan penggantian media tanam.

2. Pupuk Lanjutan ( Pertumbuhan / Pembungaan )

Karena sifatnya yang berbentuk kemasan, dosis pupuk pertumbuhan / pembungaan lebih mudah ditakar. Dosis yang umum digunakan adalah 2 ml per liter air untuk pupuk cair atau 2 gram per liter air untuk pupuk padat / kristal, dengan aplikasi pemupukan seminggu sekali. Atau bisa juga dengan mengurangi dosis menjadi 1 ml atau 1 gram per liter air, tetapi frekuensi pemupukan lebih sering menjadi dua kali per minggu. Aplikasi pupuk cair atau yang dicairkan seperti ini disemprotkan pada daun, batang dan kar tanaman serta dikocorkan pada media tanam.

Sedangkan untuk pupuk yang berbentuk padat untuk pemupukan akar ataupun pupuk lambat urai, dosisnya lebih tergantung pada ukuran tanaman. Sebagai missal adenium dengan umur 6 bulan, atau aglaonema dengan jumlah daun sekitar 6 – 8 lembar, cukup diberi pupuk sebanyak satu sendok makan per batang tanaman, ditaburkan dsekitar tanaman, lalu ditutup dengan media tanam, sehingga pemupukan lebih efektif. Sedangkan untuk tanaman yang berpotensi menjadi besar seperti Anthurium, maka dosis pemupukan disesuaikan dengan ukuran tanaman.

Sekali lagi, sebenarnya tidak ada pakem dalam aturan pemupukan yang dikatakan sebagai paling baik. Karena baik menurut situasi dan kondisi didaerah A belum tentu tepat diaplikasikan pada daerah B. Untuk itu pengalaman merupakan guru yang paling baik dalam aplikasi pemupukan tanaman hias. Satu hal yang harus selalu diingat adalah, bahwa pupuk pada tanaman hias sebaiknya dilakukan secara berimbang, dalam arti berimbang dalam komposisi unsur hara makro dan mikro, maupun dosis yang digunakan. Pemupukan yang minim membuat tanaman hias menjadi kurang sehat dan tidak sedap dipandang mata, tetapi sebaliknya pemupukan yang berlebihan juga berefek kurang baik pada tanaman, membuang biaya dan yang paling berbahaya, terutama pada pemakaian pupuk kimia, akan berdampak negatif pada lingkungan. Untuk itu bijaksanalah dalam pengaplikasian pupuk pada tanaman hias kesayangan dirumah. Semoga membantu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar